MAKALAH KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEKS
MAKALAH
KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEKS
KATA PENGANTAR
Dengan
Memanjatkan puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, serta dukungan dari semua yang penulis
cintai, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Karya
monumental umat Islam dalam IPTEKS”. Adapun
salah satu maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas kami.
Keberhasilan penulis dalan
menyelesaikan makalah ini tidaklah
semata-mata karena kemampuan sendiri, melainkan banyak pihak yang membantu penulis
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada Para teman atau sahabat yang telah memberikan dukungan kepada
penulis serta gagasan atau motivasi bagi kami untuk menyelesaikan makalah ini
dan semua pihak
yang terlibat.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah, untuk itu penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dalam hal menambah ilmu dan wawasan para pembacanya.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang.
Kebangkitan
Islam merupakan sebuah fenomena kesejarahan apabila kita melihat segala
sesuatunya dengan sejarah. Kebangkitan Islam ditandai dengan menumbuhkan kembali semangat iman,
menghilangkan stagnasi pemikiran dan fikih, serta gerakan (harakah) dan jihad. Semangat kebangkitan ini mendorong
rakyatnya untuk berpikir mengapa kejatuhan dan kehinaan menimpa umat Islam sehingga umat ini hanya
dipandang sebelah mata bahkan mereka menutup mata akan umat ini.
Beranjak dari kesadaran ini, umat
Islam seharusnya kembali menoleh ke belakang dan mengambil pelajaran dari
sejarah ini. Dengan sejarah, kita akan
melihat kembali kejayaan Islam di masa Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin dan
bagaimana mereka membawa dan mengibarkan panji-panji Islam di seluruh penjuru
dunia.
Dalam hal
ini, Al-Qur’an telah mengisyaratkan melalui kisah perjalanan Bani Israil (awal
surat Al-Israa’) dan al-Hadits yang menjelaskan tentang lahirnya pembaharu
setiap satu abad.
Walaupun
di berbagai sisi terdapat beberapa hal yang ditunjukkan dalam upaya kebangkitan
Islam pada ranah politik, ekonomi maupun sosial. Tidak syak lagi bahwa
sejarahlah yang mendasari itu semua. Sejarah merupakan peristiwa yang unik dan
hanya terjadi sekali di waktu yang lampau sehingga walaupun memiliki kesamaan
atau dapat disebut pengulangan sejarah, dapat dipastikan suatu sejarah itu
memiliki keidentikkan tersendiri begitupula dengan sejarah Islam. Sejarah yang
dimulai dengan datangnya Islam, perkembangan hingga kedigdayaan dan
keterpurukkan Islam, penerapan masyarakat madani pada zaman kontemporer serta
tanda-tanda kebangkitan Islam akan penulis terangkan disini dalam upaya menunjukkan
titik-titik kebangkitan Islam.
1.2 Rumusan
masalah.
1. Bagaiamana Zaman Kejayaan Islam di
Bidang IPTEKS ?
2. Bagaimana Kemajuan Umat Islam di
Bidang IPTEKS ?
3. Bagaimana Kemunduran Umat Islam
dalam IPTEKS ?
4. Upaya-upaya Kebangkitan Kembali Umat
Islam dalam IPTEKS ?
1.3 Tujuan.
1. Untuk Mengetahui Zaman Kejayaan
Islam di Bidang IPTEKS.
2. Untuk mengetahui Kemajuan Umat Islam
di Bidang IPTEKS.
3. Untuk mengetahui Kemunduran Umat
Islam dalam IPTEKS
4. Untuk mengetahui Upaya-upaya
Kebangkitan Kembali Umat Islam dalam IPTEKS
II. PEMBAHASAN
2.1 Zaman
Kejayaan
Islam di Bidang
IPTEKS.
Kaum muslimin, pernah memiliki
kejayaan di masa lalu. Masa di mana Islam menjadi pusat sebuah peradaban
modern. Peradaban yang dibangun untuk kesejahteraan umat manusia di muka bumi
ini. Masa kejayaan itu bermula saat Rasulullah mendirikan pemerintahan Islam,
yakni Daulah Khilafah Islamiyah di Madinah. Di masa Khulafa as-Rasyiddin ini
Islam berkembang pesat. Sejarawan Barat beraliran konservatif, Montgomery Watt
menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam
tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran
agama. Andalusia, yang menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam,
telah melahirkan ribuan ilmuwan, dan menginsiprasi para ilmuwan Barat untuk
belajar dari kemajuan iptek yang dibangun kaum muslimin.
Terjemahan buku-buku bangsa Arab,
terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi
pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad.
Fakta sejarah menjelaskan antara lain, bahwa Islam pada waktu pertama kalinya
memiliki kejayaan, bahwa ada masanya umat Islam memiliki tokoh-tokoh seperti
Ibnu Sina di bidang filsafat dan kedokteran, Ibnu Khaldun di bidang Filsafat
dan Sosiologi, Al-jabar dll. Islam telah datang ke Spanyol memperkenalkan
berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu ukur, aljabar, arsitektur,
kesehatan, filsafat dan masih banyak cabang ilmu yang lain lagi. Kekhilafahan
Abbasiyah tercatat dalam sejarah Islam dari tahun 750-1517 M / 132-923 H.
Diawali oleh khalifah Abu al-’Abbas as-Saffah (750-754) dan diakhiri Khalifah
al-Mutawakkil Alailah III (1508-1517). Dengan rentang waku yang cukup panjang,
sekitar 767 tahun, kekhilafahan ini mampu menunjukkan pada dunia ketinggian
peradaban Islam dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di
dunia Islam. Di era ini, telah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai
penemuannya yang mengguncang dunia. Sebut saja, al-Khawarizmi (780-850) yang
menemukan angka nol dan namanya diabadikan dalam cabang ilmu
Pada abad ke-8 dan 9 M, negeri Irak
dihuni oleh 30 juta penduduk yang 80% nya merupakan petani. Hebatnya, mereka
sudah pakai sistem irigasi modern dari sungai Eufrat dan Tigris. Hasilnya, di
negeri-negeri Islam rasio hasil panen gandum dibandingkan dengan benih yang
disebar mencapai 10:1 sementara di Eropa pada waktu yang sama hanya dapat
2,5:1. Ini membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dan pengembangannya berdampak
cukup besar bagi peradaban dan kesejahteraan umat pada masa itu. Kecanggihan
teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya.
Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba; Blue Mosque di Konstantinopel; atau
menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana
al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M.
Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota
Granada. Masa kejayaan Islam, terutama dalam bidang ilmu pengetahun dan
teknologi, terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Dia adalah khalifah
dinasti Abbasiyah yang berkuasa pada tahun 786. Banyak lahir tokoh dunia yang
kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan modern. Salah satunya adalah bapak
kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di Barat dengan nama Avicenna.
Sebelum Islam datang, Eropa berada dalam Abad Kegelapan. Tak satu pun bidang
ilmu yang maju, bahkan lebih percaya tahayul. Dalam bidang kedoteran, misalnya.
Saat itu di Barat, jika ada orang gila, mereka akan menangkapnya kemudian
menyayat kepalanya dengan salib. Di atas luka tersebut mereka akan menaburinya
dengan garam. Jika orang tersebut berteriak kesakitan, orang Barat percaya
bahwa itu adalah momen pertempuran orang gila itu dengan jin. Orang Barat
percaya bahwa orang itu menjadi gila karena kerasukan setan
Ilmu pengetahuan dipandang sebagai
suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para khalifah dan para pembesar
lainnya mengantisipasi kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya khalifah adalah para ulama yang
mencintai ilmu, menghormati sarjana dan memuliakan pujangga. Kebebasan berpikir
sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan pikiran
dibebaskan dari belenggu taklid, yang menyebabkan orang sangat leluasa
mengeluarkan pendapat dalam segala bidang, termasuk bidang aqidah, falsafah,
ibadah dan sebagainya.
Kecanggihan teknologi masa ini juga
terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid
Agung Cordoba Blue Mosque di Konstantinopel. atau menara spiral di Samara yang
dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang
dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang
dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota Granada. Saat itu “kata Lutfi”
banyak lahir tokoh dunia yang kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan
modern. Salah satunya adalah bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat
ini di Barat dengan nama Avicenna. Pada saat itu tentara Islam juga berhasil
membuat senjata bernama ‘manzanik’, sejenis ketepel besar pelontar batu atau
api. Ini membuktikan bahwa Islam mampu mengadopsi teknologi dari luar. Pada
abad ke-14, tentara Salib akhirnya terusir dari Timur Tengah dan membangkitkan
kebanggaan bagi masyarakat Arab. Peradaban Islam memang peradaban emas yang
mencerahkan dunia. Itu sebabnya menurut Montgomery, tanpa dukungan peradaban
Islam yang menjadi dinamonya, Barat bukanlah apa-apa. Wajar jika Barat
berhutang budi pada Islam.
Berikut ini adalah beberapa penemu
atau ilmuan muslim yang sangat berpengaruh terhadap ilmu pengetahuan yang
hingga sekarang masih bermanfaat dan masih digunakan.
1. Al khawarizmi: ia adalah seorang yang menemukan ilmu aljabar
di dalam matematika.
2. ibnu sina ia adalah:
membuat buku tentang kedoteran
3. jabbir ibnu hayyan: ahli kimia yang di kenal sebagai bapak
kimia
4. albiruni: meletakkan dasar-dasar satu cabang keilmuan tertua
yang berhubungan dengan lingkungan fisik bumi. Dia di nobatkan sebagai bapak
antropologi, idiologi
5. Abu alzahwari: penemu tehnik patah tulang dan membuat kitab
untuk menyembuhkan luka pada saat oprasi
6. ibnu haitham: dikenal sebagai bapak ilmu mata yang mengurai
bagai mana mata bekerja
7. Ar razi: orang pertama yang bia menjelaskan tentang penyakit
cacar dan juga alergi asma dan demam sebagai daya mekanisme tubuh.
Jadi wajar jika Gustave Lebon mengatakan
bahwa terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir
menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruan
tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Tidak hanya itu, Lebon juga mengatakan bahwa hanya buku-buku
bangsa Arab-Persia lah yang dijadikan sandaran oleh para ilmuwan Barat seperti
Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Arnold de Philipi, Raymond Lull, san Thomas,
Albertus Magnus dan Alfonso X dari Castella. Belum lagi ribuan buku yang berhasil
memberikan pencerahan kepada dunia. Itu sebabnya, jangan heran kalau
perpustakaan umum banyak dibangun di masa kejayaan Islam. Perpustakaan al-Ahkam
di Andalusia misalnya, merupakan perpustakaan yang sangat besar dan luas. Buku
yang ada di situ mencapai 400 ribu buah. Uniknya, perpustakaan ini sudah
memiliki katalog. Sehingga memudahkan pencarian buku. Perpustakaan umum Tripoli
di daerah Syam, memiliki sekitar tiga juta judul buku, termasuk 50.000
eksemplar al-Quran dan tafsirnya. Dan masih banyak lagi perpustakaan lainnya.
Tapi naas, semuanya dihancurkan Pasukan Salib Eropa dan Pasukan Tartar ketika
mereka menyerang Islam.
2.2 Sebab-sebab kemajuan teknologi dan sains di masa-masa
kejayaan Islam
Disamping secara eksternal saat itu Barat tengah tertidur
lelap dalam buaian teosentrisme dan alam pikiran yang jumud, bahkan bangsa
barat saat itu dalam kondisi terbelakang. Islam mengalami kebangkitan
intelektual dan kultural yang sepektakuler dengan revolusi pemikiran dan budaya
Islam yang bercorak peradaban baru, menyambung matarantai peradaban sebelumnya
(Yunani, Babilon, dan Persia). Islam yang kosmopolit, humanistik,
kultural, dan saintifik yang puncaknya pada era Abasiyyah.
Secara umum menurut Arif ada
beberapa faktor yang telah mendorong kemajuan sains di dunia Islam saat itu
yakni :
1. Kesungguhan
dalam mengimani dan mempraktikkan ajaran Islam sehingga lahirlah
individu-individu unggul.
2. Motivasi agama.
3. Faktor sosial
politik.
4. Faktor ekonomi.
5. Faktor dukungan
dan perlindungan penguasa saat itu
2.3
Sebab-sebab Kemunduran Umat Islam dalam IPTEKS
Pada
masa kemunduran iptek di dunia islam, kaum Muslimin tidak lagi mempunyai
semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu. Bahkan sebagian mereka menjauhkan
diri dari ilmu pengetahuan, karena dianggap sekular dan produk Barat. Menurut
Prof DR. Abdus Salam, seorang ilmuwan Muslim asal Pakistan, kemunduran ilmu
pengetahuan dan teknologi di Dunia Islam lebih banyak disebabkan oleh
faktor-faktor internal umat Islam. Misalnya, terjadinya pemisahan dalam
mempelajari ayat-ayat Qauliyah dan ayat-ayat Kauniyah, kurang terjalinnya
kerjasama antara ilmuwan Muslim dan penguasa setempat untuk menjaga tradisi
keilmuan di Dunia Islam, dan sikap mengisolasi diri terhadap perkembangan iptek
dunia luar.
Di zaman dewasa ini perkembangan iptek di
Dunia Islam amat memprihatinkan. Berbagai penemuan ilmiah mutakhir seperti
nuklir, cloning, dan kosmologi, meskipun tersirat secara simbolik dalam
Al-Qur’an, tetapi yang menemukannya adalah orang-orang non-Muslim. Demikian
pula penemuan ilmiah di bidang lain. Kaum Muslimin baru menyadari bahwa
prinsip-prinsip ilmu tersebut telah diungkapkan dalam Al-Qur’an lima belas abad
yang lalu, setelah ilmu tersebut ditemukan oleh ilmuwan-ilmuwan non-Muslim.
Suatu fakta menunjukkan bahwa, dewasa ini kaum Muslimin senantiasa tertinggal
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan datang terlambat
menafsirkan ilmu tersebut dari kebenaran Al-Qur’an. Suramnya kondisi keilmuan
di Dunia Islam diperparah oleh fenomena rendahnya persentase umat Islam yang
menuntut ilmu dari SD sampai perguruan tinggi, dan adanya ketidakseimbangan
antara ilmuwan Muslim dengan besarnya populasi penduduk Muslim di dunia yang
hampir mencapai 1,5 miliar. Sebagai
contoh, Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim, saat ini hanya 11% siswa
lulusan SMA yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Sementara itu, di Korea
Selatan terdapat 70% lulusan SMA yang melanjutkan ke PT. Sebagai ilustrasi pula
jumlah ilmuwan dan insinyur per satu juta orang di negara-negara non-Muslim
seperti Cina 71.297, Jepang 59.611, Jerman 42.557, Amerika Serikat 14.757 dan
Korea Selatan 2.426. Sedangkan Indonesia yang merupakan salah satu negeri Islam
terbesar hanya sekitar 1.280. Dari jumlah ilmuwan tersebut yang terlibat dalam
penelitian dan pengembangan adalah Indonesia sebesar 3,2%, Korea Selatan 46,5%,
AS 22,1%, Jepang 8,1% dan Jerman 5,5%. Data tersebut mengindikasikan bahwa
Indonesia yang mayoritas berpenduduk Muslim merupakan negara yang memiliki ilmuwan
dan insinyur paling sedikit.
Kemunduran pengembangan Ilmu
Pengetahuan dalam Islam terjadi ketika kejatuhan Islam ke tangan Barat dimulai
pada awal abad ke-18. Ada beberapa faktor penyebab kemunduran ilmu pengetahuan
dalam islam, yakni :
1.
Kesadaran
orang barat akan arti penting penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
peningkatan kesejahteraan rakyat sangat tinggi.
2.
Orang barat
yang pada umumnya beragama Nasrani, ingin menunjukan pula bahwa melalui agama
Nasrani merekapun dapat maju dalam bidang iptek sejajar dengan umat islam. Akan
tetapi dalam perkembangan selanjutnya setelah mereka mendapatkan kemajuan dalam
bidang iptek, mereka justru mulai menjauh dari agama mereka. Mereka menjadi
sekuler. Urusan agama berjalan sendiri, begitu pula dengan iptek.
3.
Orang-orang
barat yang berjiwa petualang berusaha menemukan “benua” baru, sehinggga mereka
menemukan pusat perdagangan baru . Route perdagangan yang semula Syria dan
Mesir ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari India dan dari Eropa, setelah
penemuan route (benua) baru, Mesir dan Syria jadi sepi yang mengakibatkan
sumber pendapatan negeri-negeri Islam jadi berkurang banyak
4.
Orang-orang
barat sengaja menghancurkan observatorium Islam yang didirikan oleh Taqi Al Din
di Konstantinopel pada tahun 1580, menjadikan Islam kehilangan sumber
pengetahuan dan pengamatan bintang (astronomi) yang sudah sangat maju pada masa
itu. Ironisnya, pada waktu yang sama sekitar tahun 1580 juga, orang barat baru
pertama kali membangun observatoriumnya oleh Tycho Brace. Perlu dicatat bahwa
Islam telah memiliki observatorium pertama kali yang dibangun pada tahun 500-an
M di Ulugh Beg (Samarkand).
5.
Akibat
kolonialisme stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi negara-negara islam
mulai menurun, padahal stabilitas politik dan kemakmuran merupakan akar bagi
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini lebih diperjelas lagi
dengan munculnya kapitalisme barat.
2.4 Upaya-upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam dalam IPTEKS
Dampak
lain dari kemunduran Dunia Islam di bidang iptek ialah tumbuh suburnya
kemiskinan, rendahnya mutu pendidikan, minimnya pendapatan perkapita, dan
merajalelanya pengangguran. Di samping itu banyak negara-negara Islam yang
terjerat hutang luar negeri. Indonesia misalnya,
sekitar 60% hidup di bawah garis kemiskinan dan 10-20% penduduknya hidup dalam
kemiskinan absolut. Sementara itu jumlah pengangguran di Indonesia hampir
mencapai 40 juta orang. Negara-negara Islam yang lain, meski tidak separah
Indonesia, mereka menghadapi problem yang tidak jauh berbeda, terutama dalam
masalah hutang luar negeri. Agendanya sekarang, umat Islam harus melakukan
upaya-upaya yang dapat mendukung kembali kemajuan di bidang sains dan teknologi
Adapun Upaya-upaya yang seharusnya di lakukan oleh umat
islam seperti :
1. Umat Islam memperlakukan satu sistem
pendidikan Islam yang betul-betul bisa dijadikan rujukan dalam rangka mencetak
manusia-manusia muslim yang berkualitas, bertaqwa, beriman kepada Allah.
2. Mencoba memasukan Ilmu-ilmu umum ke
Sekolah Islam (Madrasah)
3. Mengirimkan pelajar untuk mendalami
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
4. Adanya kontak Islam dengan Barat,
yang merupakan faktor penting yang bisa kita liat, adanya kontak ini paling
tidak telah menggugah dan membawa perubahan paradigma umat Islam untuk belajar
secara terus menerus kepada Barat, Timbulnya pembaharuan pendidikan Islam baik
dalam bidang agama, sosial, dan pendidikan diawali dan dilatar belakangi oleh
pemikiran Islam yang timbul di belahan dunia Islam lainnya.
Pola-pola pembaharuan pendidikan
Islam
Setelah kita memperhatikan berbagai
sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam pada masa sebelumnya dan dengan
memperhatikan sebab-sebab kejayaan dan kekuatan yang di alami bangsa Eropa.
Maka kita bisa mengaris bawahi terjadinya pola pemikiran pembaharuan pendidikan
Islam:
1. Pola pembaharuan pendidikan Islam
yang berorientasi pada pola pemikiran modern di Eropa
2. Pola pembaharuan pendidikan Islam
yang berorientasi dan bertujuan untuk pemurnian kembali ajaran Islam
3. Pola pembaharuan pendidikan Islam
yang berorientasi pada kekayaan dan sumber budaya bangsa masing-masing dan yang
bersifat Nasionalisme.
III. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kejayaan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah mencerminkan bahwa Islam adalah
agama yang luar biasa. Bahkan Eropa pun seolah-olah tidak berdaya menghadapi
kemajuan Islam terutama di bidang IPTEK. Walaupun pada akhirnya kejayaan Islam
masa Dinasti Abbasiyah telah berakhir dan hanya menjadi kenagngan manis belaka
kita sebagai generasi penerus harus senantiasa berusaha untuk menjadi generasi
yang pantang menyerah apalagi di zaman serba modern ini kemajuan IPTEK semakin
sulit untuk dibendung. Kemajuan IPTEK merupakan tantangan yang besar bagi kita.
Apakah kita sanggup atau tidak menghadapi tantangan ini tergantung pada
kesiapan pribadi masing-masing .
Diantara penyikapan terhadap kemajuan IPTEK masa terdapat tiga kelompok
yaitu: (1) Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat netral dan berusaha
melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Qur’an yang
sesuai; (2) Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga
mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yang
tidak islami, (3) Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha
membangunnya.
DAFTAR PUSTAKA
W Wisnu, Arya. Melacak Teori Einstein dalam Al Qur'an
Baiquni, A. Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi
PT Dana Bhakti Prima Yasa. Yogyakarta. 1996.
Farhana. Peradaban Islam Masa Dinasti Abbasiyah; Kebangkitan dan Kemajuan
Media ilmu.
Henra G.kemunduran umat islam
dalam IPTEKS
Uli dan Rio L. Dulu Islam Pernah Berjaya -
www.swaramuslim.net
Komentar
Posting Komentar