TANYA JAWAB IPTEKS DALAM ISLAM

TANYA JAWAB IPTEKS DALAM ISLAM


Soal :
1.      Jelaskan faktor penyebab kemjuan dan kemunduran IPTEK dalam dunia Islam!
2.      Jelaskan kedudukan Ilmu dan orang berilmu dalam Islam!
3.      Jelaskan bagaimana hubungan antara Ilmu, Agama, dan Budaya!
4.      Jelaskan bagaimana etika penerapan IPTEKS dalam Islam!
5.      Bagaimana keterkaitan antara ayat Kauniyah dan Qauliyyah?
Jawaban :
1.       Dalam Islam, IPTEK mengalami kemajuan dan kemunduran. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
a.       Factor-faktor yang menyebabkan kemajuan IPTEK dalam Islam.
Disamping secara eksternal saat itu Barat tengah tertidur lelap dalam buaian teosentrisme dan alam pikiran yang jumud, bahkan bangsa barat saat itu dalam kondisi terbelakang.  Islam mengalami kebangkitan intelektual dan kultural yang sepektakuler dengan revolusi pemikiran dan budaya Islam yang bercorak peradaban baru, menyambung matarantai peradaban sebelumnya (Yunani, Babilon, dan Persia). Islam yang kosmopolit, humanistik, kultural, dan saintifik yang puncaknya pada era Abasiyyah.
Secara umum menurut Arif ada beberapa faktor yang telah mendorong kemajuan sains di dunia Islam saat itu yakni :
1)      Orang-arang Islam pada saat itu banyak mengkaji perihal yang terdapat didalam AL-Qur’an.
2)      Kesungguhan dalam mengimani dan mempraktikkan ajaran Islam sehingga lahirlah individu-individu unggul.
3)      Motivasi agama yang sangat tinggi karena dipengaruhi oleh wilayah kekuasaan Islam yang begitu tersebar luas.
4)      Faktor sosial politik, pada saat itu banyak yang diangkat pejabat-pejabat pemerinta yang cendikiawan persia.
5)      Faktor ekonomi, pada waktu itu Route perdagangan masih berfokus di Syria dan Mesir ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari India dan dari Eropa.
6)      Faktor dukungan dan perlindungan penguasa saat itu
b.      Factor-faktor yang menyebabkan kemunduran IPTEKS dalam Islam.
1)      Orang-orang Islam telah meninggalkan kitabnya yakni Al-Qur’an, meninggalkan bukan berarti orang Islam tidak membacanya akan  tetapi mereka tidak mengkaji lebih dalam tentang isi di dalam Al-Qur’an.
2)      Kesadaran orang barat akan arti penting penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi peningkatan kesejahteraan rakyat sangat tinggi.
3)      Orang-orang barat yang berjiwa petualang berusaha menemukan “benua” baru, sehinggga mereka menemukan pusat perdagangan baru . Route perdagangan yang semula Syria dan Mesir ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari India dan dari Eropa, setelah penemuan route (benua) baru, Mesir dan Syria jadi sepi yang mengakibatkan sumber pendapatan negeri-negeri Islam jadi berkurang banyak
4)      Orang-orang barat sengaja menghancurkan observatorium Islam yang didirikan oleh Taqi Al Din di Konstantinopel pada tahun 1580, menjadikan Islam kehilangan sumber pengetahuan dan pengamatan bintang (astronomi) yang sudah sangat maju pada masa itu. Ironisnya, pada waktu yang sama sekitar tahun 1580 juga, orang barat baru pertama kali membangun observatoriumnya oleh Tycho Brace. Perlu dicatat bahwa Islam telah memiliki observatorium pertama kali yang dibangun pada tahun 500-an M di Ulugh Beg (Samarkand).
5)      Akibat kolonialisme stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi negara-negara islam mulai menurun, padahal stabilitas politik dan kemakmuran merupakan akar bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini lebih diperjelas lagi dengan munculnya kapitalisme barat.
2.       Didalam Islam kedudukan Ilmu dan orang yang berilmu merupakan suatu berkaitan dan menempati kedudukan yang sangat penting, kita akan jelaskan sebagai berikut:
a.       Kedudukan Ilmu dalam Islam.
Ilmu dalam Islam menepati kedudukan yang paling penting, terbukti ayat yang pertama diterima oleh Nabi Muhammad SAW adalah ayat yang memberikan isyarat perintah untuk menuntut ilmu. Agama islam merupakan agama yang sangat menuntut pengamalan, terbukti tidak diterimanya amalan seorang Muslim jika amalan sholatnya tidak baik dan benar. Nah bagaimana mungkin amalan solatnya bisa baik dan benar jika ia tidak memiliki Ilmunya. Ilmu juga merupakan pupuk Imamnya orang Islam.
b.      Kedudukan orang yang berilmu.
Sebagaimana yang telas dijelaskan diatas tentang pentingnya suatu Ilmu dalam Islam, maka dapat kita katakan bahwa tentulah orang yang memiliki ilmu yang menempati posisi penting itu sangat berbeda dengan orang yang tidak memiliki. Al ini dijelaskan didalam Al-qur’an surah Al Mujadalah ayat 11 sebagai berikut:
وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
 Sebagaimana ayat diatas menjelaskan bahwa orang yang berilmu akan diangkat derajatnya beberapa derajat begitu baiknya kedudukan orang yang berilmu di dalam Islam.
3.       Untuk lebih jelasnya dalam memahami hubungan Ilmu, Agama dabn Budaya kita mulai dari definisi masing-masing.
a.       Ilmu
Ilmu  (sciencetermasuk  pengetahua(knowledge).  Yang  dimaksud dengan ilmu ialah pengetahuan yang diperoleh dengan cara tertentu yang dinamakan metode ilmiah.
b.      Agama
Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari kata a berarti tidak dan gama berarti kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak kacau. Jadi fungsi agama dalam pengertian ini memelihara integritas dari seorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan Tuhan, sesamanya, dan alam sekitarnya  tidak  kacau.
c.       Budaya
Di  dala Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  (1996:  149),  disebutkan bahwa: budaya adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedang kebudayaan” adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan kecakapan (adat, akhlak, kesenian, ilmu dll).
d.      Hubungannya.
Sebagaimana pengertian diatas dapat kita lihat hubungnya sangat jelas, bahwa Ilmu merupakan hasil dari budaya dan bagaimana agar dalam penyelenggaraan budaya tersebut tidak melenceng maka Agama memiliki peran untuk mengatur hal tersebut agar terlaksana dengan baik dan benar serta yang paling penting tidak melenceng kepada hal yang berbau negative.
4.      Etika penerapan IPTEKS dalam Islam mengarah kepada apakah bebas terhadap nilai atau tidak. Dalam Islam sebenarnya seorang Muslim memberi kebebasan untuk berkarya, berkreasi, dan sebagaianya. Akan tetapi haruslah merujuk kepada Al-Qur’an, maka tidak boleh berlawanan terhadap apa yang terdapat didalam Al-Qur’an. Sebagaimana yang terdapat dalam surah Al Hujurat ayat 6 sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Dalam ayat diatas memberikan perintah kepada kita untuk melakukan check and recheck apakah memang itu memberikan kemaslahatan atau tidak. Jadi didalam Islam kita bebas untuk melakukan apa yang menjadi keinginan kita dalam berilmu pengetahuan akan tetapi haru merujuk kepada Al-Qur’an.
5.      Hubungan Antara ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniyah terdapat hubungan yang sangat erat, pertama karena keduanya sama-sama berasal dari Allah.
Kedua Kalau kita memperhatikan ayat qauliyah, yakni Al-Qur’an, kita akan mendapati sekian banyak perintah dan anjuran untuk memperhatikan ayat-ayat kauniyah. Salah satu diantara sekian banyak perintah tersebut adalah firman Allah dalam QS Adz-Dzariyat ayat 20-21:
“Dan di bumi terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
Dalam ayat diatas, jelas-jelas Allah mengajukan sebuah kalimat retoris: “Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” Kalimat yang bernada bertanya ini tidak lain adalah perintah agar kita memperhatikan ayat-ayat-Nya yang berupa segala yang ada di bumi dan juga yang ada pada diri kita masing-masing. Inilah ayat-ayat Allah dalam bentuk alam semesta (ath-thabi’ah, nature).
“Dalam QS Yusuf ayat 109, Allah berfirman: “Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka?”
Ini juga perintah dari Allah agar kita memperhatikan jenis lain dari ayat-ayat kauniyah, yaitu sejarah dan ihwal manusia (at-tarikh wal-basyariyah).
Ketiga Disamping itu, sebagian diantara ayat-ayat kauniyah juga tidak jarang disebutkan secara eksplisit dalam ayat qauliyah, yakni Al-Qur’an. Tidak jarang dalam Al-Qur’an Allah memaparkan proses penciptaan manusia, proses penciptaan alam semesta, keadaan langit, bumi, gunung-gunung, laut, manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Bahkan ketika para ilmuwan menyelidiki dengan seksama paparan dalam ayat-ayat tersebut, mereka terkesima dan takjub bukan kepalang karena menemukan keajaiban ilmiah pada ayat-ayat tersebut, sementara Al-Qur’an diturunkan beberapa ratus tahun yang lalu, dimana belum pernah ada penelitian-penelitian ilmiah.

Karena itu, tidak hanya ayat-ayat qauliyah yang menguatkan ayat-ayat kauniyah. Sebaliknya, ayat-ayat kauniyah juga senantiasa menguatkan ayat-ayat qauliyah. Adanya penemuan-penemuan ilmiah yang menegaskan kemukjizatan ilmiah pada Al-Qur’an tidak diragukan lagi merupakan bentuk penguatan ayat-ayat kauniyah terhadap kebenaran ayat-ayat qauliyah.

Komentar

Postingan Populer